Upaya pemerintah mengerem laju impor belum terlihat pada data perdagangan. Pada Oktober 2018, neraca perdagangan defisit 1,82 miliar dolar AS.
Lonjakan impor hingga 23,66 persen menjadi penyebab utama defisit neraca perdagangan. Barang konsumsi yang porsinya 8,52 persen dari total impor ikut melonjak 20,04 persen menjadi 1,5 miliar dolar AS.
Menteri Koordinator bidang Perekonomian, Darmin Nasution mengatakan, impor bahan baku dan barang jadi memang mendominasi total impor dengan porsi 90 persen. Namun belakangan, impor barang konsumsi ikut melonjak.
Dia mengatakan, kenaikan impor barang konsumsi karena maraknya belanja online lewat platform e-commerce. Masalahnya, kata Darmin, produk-produk yang dijual diimpor dari luar negeri, terutama China. Pemerintah kesulitan menghalangi impor barang konsumsi.
“Meski barang konsumsi melejit cepat, kelihatannya didukung oleh e-commerce digital. Kelihatannya pada acara di China, Alibaba satu hari orang Indonesia banyak belanja. Apa boleh buat masa disetop?,” ujar Darmin dalam Pertamina Energy Forum di JCC Senayan, Jakarta, Rabu (28/11/2018).
Alibaba melaporkan penjualan kotor pada Hari Jomlo 11.11 mencapai Rp462 triliun. Angka tersebut tumbuh 27 persen meski melambat dibanding hari yang sama tahun 2017. Belum diketahui dampaknya terhadap impor barang konsumsi ke Indonesia karena data neraca perdagangan baru dirilis pertengahan Desember 2018.
Upaya pemerintah menahan laju konsumsi belum terlihat. Padahal, pajak impor untuk ribuan barang sudah dinaikkan. Selain itu, ambang batas bawah (threshold) untuk belanja dari luar negeri yang dikenakan pajak juga dipangkas dari 100 dolar AS menjadi 75 dolar AS per orang.
Sumber: inews.id
Leave a Reply