Harga CPO Kembali Terdongkrak

Harga Crude Palm Oil (CPO) kembali terdongkrak. Kenaikan ini disebabkan pelaku pasar masih menanti perkembangan terbaru dari Indonesia dan Malaysia untuk melihat gambaran sisi pasokan. Sementara untuk sisi permintaan, masih menanti perkembangan terbaru dari India, Tiongkok, dan Uni Eropa.

Berdasarkan Bursa Malaysia Derivatives pada penutupan Kamis (17/2), Kontrak berjangka CPO untuk pengiriman Maret 2022 terpantau naik 137 Ringgit Malaysia menjadi 5.967 Ringgit Malaysia per ton. Untuk kontrak pengiriman April 2022 terkerek 109 Ringgit Malaysia menjadi 5.713 Ringgit Malaysia per ton.

Sedangkan kontrak pengiriman Mei 2022 melesat 74 Ringgit Malaysia menjadi 5.507 Ringgit Malaysia per ton. Serta, kontrak pengiriman Juni 2022 naik 49 Ringgit Malaysia menjadi 5.323 Ringgit Malaysia per ton.

Research & Development ICDX Girta Yoga mengatakan kenaikan harga CPO terjadi setelah pada sebelumnya pelaku pasar melakukan aksi ambil untung di awal pekan harga CPO sempat menyentuh level tertinggi sepanjang masa. Sedangkan katalis dari kenaikan harga CPO ini, berasal dari pelaku pasar masih menanti perkembangan terbaru dari Indonesia dan Malaysia untuk melihat gambaran sisi pasokan.

“Sementara untuk sisi permintaan, masih menanti perkembangan terbaru dari India, Tiongkok dan Uni Eropa,” ungkapnya kepada Investor Daily, Kamis (18/2).

Girta menjelaskan selama seminggu ini terdapat beragam katalis yang mempengaruhi harga CPO, yaitu India yang mengumumkan pemangkasan pajak impor CPO dari 7,5% menjadi 5%. Serta, memperpanjang pengurangan bea masuk untuk minyak nabati hingga 30 September. Sebelumnya, kebijakan tersebut menyebut berakhir pada 31 Maret. Ada pula, katalis dari laporan ekspor CPO Malaysia periode 1 – 15 Februari yang menunjukkan kenaikan sebesar 23,6% menjadi 496.983 ton, ungkap perusahaan inspeksi independent AmSpec Agri Malaysia.

Ditambah lagi, lanjut Girta, katalis yang berasal dari Indonesia yang membekukan sementara izin ekspor untuk produk turunan sawit yaitu biodiesel sehubungan dengan kewajiban DMO dan DPO. Sementara untuk uji coba bensin berbasis sawit (bensa) yang dilakukan Pemerintah Indonesia jika diterapkan apalagi dijadikan mandatori layaknya biodiesel, secara otomatis akan meningkatkan konsumsi CPO dalam negeri.

“Hal itu juga sekaligus mengindikasikan penurunan pasokan CPO Indonesia ke pasar global,” tambah Girta.

Terakhir, Girta menyebut katalis yang mempengaruhi pergerakan harga CPO adalah produk substitusi CPO yakni kedelai juga tengah dilanda ancaman penurunan hasil panen. Karena musim panas dan kemarau yang melanda Argentina dan Brazil. Girta pun memprediksi pada akhir pekan ini, harga CPO berpotensi menemui resistance terdekat di level 5.700 Ringgit Malaysia per ton. “Sedangkan untuk support terdekat di level 5250 Ringgit Malaysia per ton,” tutupnya.

Sumber: investor.id

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only