Defisit neraca jasa kuartal III-2018 mencapai US$ 2,22 miliar, menjadi penyebab utama CAD
JAKARTA. Defisit neraca jasa lagi-lagi jadi penyebab utama defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD). Dengan CAD kuartal III US$ 8,8 miliar atau 3,37% dari Produk Domestik Bruto (PDB), defisit neraca jasa tercatat mencapai US$ 2,22 miliar.
Angka ini naik dibanding kuartal sebelumnya sebesar US$ 1,86 miliar, terutama karena naiknya defisit jasa transportasi. Dari laporan Bank Indonesia (BI), naiknya defisit jasa transportasi karena pembayaran jasa freightseiring yang lebih tinggi sejalan dengan meningkatnya impor barang. Selain itu, kunjungan wisatawan nasional (wisnas) ke luar negeri dalam pelaksanaan ibadah haji juga naik.
Sedang neraca jasa perjalanan bersumber dari kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke dalam negeri, belum menutup defisit jasa transportasi. Maka, tiap tahun neraca jasa selalu defisit.
Kepala Pusat Kebijakan Pendapatan Negara Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan (Kemkeu) Roftyanto Kurniawan mengatakan, pemerintah tengah menggodok kebijakan baru terkait jasa kena pajak untuk angkutan tertentu, selain pemberlakuan pajak pertambahan nilai (PPN) 0% untuk ekspor jasa yang rencananya akan rampung akhir 2018.
Kebijakan baru yang dimaksud, “Untuk mendorong industri jasa angkutan udara nasional, maka jasa kena pajak sewa alat angkutan udara internasional atas penyerahannya tak dipungut PPN, “katanya ke KONTAN, (11/11).
Pariwisata dan jasa lain
Muhammad Faisal, Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia mengatakan, defisit jasa transportasi tak hanya dialami Indonesia, tapi juga Thailand dan Vietnam. Namun, mereka konkret menanggulanginya dengan pariwisata. “Neraca jasa perjalanan mereka mencatat surplus, menutup defisit (jasa transportasi),” kata Faisal.
Pariwisata Indonesia memiliki ruang untuk pengembangan lebih lanjut dan masif. Kemajuan pariwisata akan mendorong industri manufaktur.
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira juga minta pemerintah jeli melihat potensi pasar jasa di ASEAN. “Contohnya Thailand yang pertumbuhan populasi lansia tercepat saat ini sehingga membutuhkan banyak jasa personal perawat khusus lansia,” katanya.
Oleh karena itu, pemerintah harus mengoptimalkan program vokasi yang spesifik mengarah pada kebutuhan tersebut.
Sumber: Kontan
Leave a Reply