Peran usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) sebagai penyangga ekonomi nasional di tengah tekanan global yang kian kurang kondusif perlu terus ditingkatkan. Pelaku UMKM diharapkan tampil menjadi benteng pertahanan terakhir perekonomian nasional dalam menggerakkan roda ekonomi, agar mampu eksis dan mandiri, sehingga tumbuh pemain global.
Perundingan dagang AS dan Tiongkok berakhir tanpa kesepakatan. Para investor meyakini kesepakatan pada akhirnya akan terjadi dan diperkirakan Presiden AS, Donald Trump, akan bertindak jika pasar saham bergerak menuju kejatuhan. Inilah kesimpulan para analis, usai pertemuan AS-Tiongkok di Washington, pada 10 Mei 2019 lalu.
Bursa saham global menepis tarif baru yang dijatuhkan AS, yakni penaikan dari 10 persen menjadi 25 persen atas 5.700 produk impor Tiongkok senilai 200 miliar dollar AS. Para investor tetap yakin kesepakatan bakal tercapai. Mereka juga gembira dengan komentar optimistis Presiden Trump usai pertemuan. Mereka meyakini baik Trump maupun Presiden Tiongkok, Xi Jinping, sama-sama membutuhkan kesepakatan.
Pemerintah Tiongkok berharap, AS tidak salah menilai situasi saat ini serta tidak meremehkan tekad Tiongkok untuk mempertahankan kepentingan-kepentingannya. Maklum, Tiongkok pada 13 Mei 2019 mengumumkan kenaikan tarif menjadi 25 persen atas 60 miliar dollar AS barang impor AS. Ini sebagai balasan atas keputusan AS yang menaikkan tarif dari 10 persen menjadi 25 persen atas 200 miliar dollar AS barang impor Tiongkok.
Langkah Tiongkok tersebut direspons Trump yang kembali menyerukan kepada perusahaan-perusahaan AS untuk membuat lebih banyak produk di dalam negeri. Trump juga membela perang dagang yang dilancarkan terhadap Tiongkok. Menurutnya, dapat saja AS segera membuat kesepakatan dengan Tiongkok. Namun, dia masih menahan diri setelah Beijing dilaporkan mementahkan kesepakatan yang hampir tercapai.
Menghadapi perang dagang AS dan Tiongkok yang kian meruncing, harapannya UMKM menjadi kekuatan ekonomi nasional sebagai pengganti korporasi-korporasi besar. Harus disadari, peran UMKM memainkan posisi penting di saat ekonomi global tidak stabil.
UMKM mampu menjadi lokomotif penggerak sektor riil untuk mendorong perekonomian nasional. UMKM sebagai pahlawan ekonomi nasional yang mampu survive di saat rupiah mendapat tekanan dollar. The Fed menunjukkan gelagat menaikkan suku bunga dan perang dagang antara AS dan Tiongkok yang kian memanas.
Dengan 59,26 juta UMKM menjadi kekuatan fundamental perekonomian nasional. Selama ini UMKM berkontribusi penyumbang Produk Domestik Bruto (PDB) 61,41 persen. Malahan diprediksi pada 2020 jumlah unit UMKM bisa menembus 65 juta. Peran UMKM lainnya, penciptaan tenaga kerja, pengentasan kemiskinan, serta pengurangan pengangguran.
Besar
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), kontribusi UMKM terhadap perekonomian cukup besar mencapai 61,41 persen. Sementara itu, penyerapan tenaga kerja UMKM setidaknya mendominasi hampir 99 persen dari total tenaga kerja nasional.
UMKM diharapkan dapat meningkatkan skala usaha bisnisnya. Hal ini terlihat dari sikap UMKM yang minta perbankan melalui pemerintah untuk dapat menambah plafon KUR dari 117 triliun rupiah tahun 2018 menjadi 140 triliun rupiah (2019). Menurut data Bank Indonesia (BI), hingga 30 November 2018, total realisasi KUR mencapai sebesar 118 triliun rupiah atau 95,7 persen dari target tahun 2018 sebesar 123,8 triliun rupiah. Dari penambahan plafon tersebut menunjukkan, geliat UMKM kian meningkat dan terus tumbuh.
Untuk itu, pemerintah dan semua pihak terkait perlu melakukan langkah-langkah strategis, agar UMKM tetap eksis dan optimal dalam mengembangkan usaha. Kendala utama UMKM saat ini akses ke lembaga keuangan dan pasar yang makin sulit. UMKM kalah bersaing dengan produk impor yang lebih murah. Presiden Joko Widodo minta para duta besar terus membantu mengenalkan dan memasarkan produk UMKM. Di sisi lain, kedutaan juga sangat terbuka mengajak UMKM ke luar negeri dalam memasarkan produk.
Saat ini yang perlu ditingkatkan dari UMKM upaya pemasaran. Pemerintah harus mengedukasi pelaku UMKM agar melek teknologi. Pada era digital sekarang, perlu juga pelaku UMKM diberi pengetahuan terkait bisnis online. Saat teknologi sudah melingkupi sendi kehidupan bisnis, seharusnya pengusaha UMKM dapat belajar atau menggandeng start-up dalam mengembangkan bisnis.
Beberapa start-up lebih berorientasi social entrepreneurship menjadi celah pengusaha UMKM untuk melakukan kerja sama, sehingga dapat memasarkan produk (e-marketplace). Selain itu, penjualan melalui e-commerce juga sudah selayaknya diinisiasi pengusaha UMKM karena saat ini, bertransaksi di dunia maya sudah menjadi kebutuhan dan bagian new model business para pengusaha di semua belahan bumi.
Terkait pemberian akses pembiayaan, solusi efektif untuk UMKM adalah melalui program kredit usaha rakyat (KUR). Program KUR untuk debitur yang feasible dan tidak bankable. Kriteria calon debitur feasible memiliki usaha dengan prospek bagus serta mampu mengembalikan pinjaman. Sedangkan kriteria calon debitur tidak bankable tidak memiliki agunan yang cukup sesuai dengan ketentuan perbankan.
Pemerintah perlu menciptakan iklim usaha yang kondusif melalui penyederhanaan perizinan, keringanan pajak, serta membuat kebijakan komprehensif yang tidak merugikan pengusaha UMKM. Pembangunan tol panjang di satu sisi dapat meningkatkan mobilitas dan menekan biaya logistik. Di sisi lain jangan sampai UMKM di kota/kabupaten yang dilalui tol panjang tidak berkembang. Pemerintah harus memberi solusi secara tepat guna. Entah berupa pembentukan sentra kerajinan di rest area ataupun lokasi pemasaran di tempat strategis lainnya.
Perlu pengembangan kemitraan antar-UMKM serta dengan pengusaha besar baik di dalam maupun luar negeri. Sebaiknya UMKM bekerja sama dengan para pengusaha besar agar dapat melakukan pendampingan, pengembangan, dan pemasaran produk. Untuk itu, para pengusaha UMKM harus rajin mengajukan proposal kerja sama dan kemitraan dalam sebuah jalinan yang saling menguntungkan.
Harapannya, pelaku UMKM dapat menunjukkan kemampuan sebagai kekuatan fundamental ekonomi nasional. Dengan begitu, perekonomian bangsa tetap kuat dan kokoh di tengah tekanan global yang tak kunjung usai.
Sumber : Koran Jakarta
Leave a Reply