Jakarta, – Perlambatan ekonomi global masih terus membebani harga batu bara. China sebagai konsumen utama batu bara global masih memperlihatkan aktivitas ekonomi dan industri yang kurang bergairah.
Pada perdagangan Kamis kemarin (9/5/2019), harga batu bara Newcastle kontrak pengiriman Mei di bursa Intercontinental Exchange (ICE) anjlok hingga 1,09% ke posisi US$ 86,25/metrik ton. Pelemahan harga terjadi setelah sehari sebelumnya ditutup menguat 0,23%.
Adapun sejak awal tahun atau year to date, harga batu bara sudah melemah hingga 15,48%.
Permintaan batu bara diprediksi masih akan lemah tahun ini, karena ekonomi China yang masih tumbuh lambat. Pertumbuhan ekonomi China kuartal I-2019 hanya sebesar 6,4% YoY atau sama dengan kuartal sebelumnya. Artinya, pertumbuhan ekonomi Negeri Tirai Bambu masih merupakan yang paling rendah setidaknya sejak 1992.
Selain itu, nilai ekspor China pada bulan April 2019 yang diumumkan pada hari Rabu (8/5/2019), tercatat mengalami kontraksi sebesar 2,7%. Padahal saat itu konsensus pasar yang dihimpun Trading Economics memperkirakan adanya peningkatan sebesar 14,2%.
Fakta-fakta tersebut semakin mengonfirmasi bahwa ekonomi China masih lambat. Itu merupakan suatu pertanda aktivitas industri-industri manufaktur yang menopang perekonomian China sedang tidak bergairah.
Alhasil permintaan energi, yang besar berasal dari batu bara pun sulit untuk meningkat.
Hal ini juga diamini oleh konsultan kenamaan Moody’s Investors Service (Moody’s).
Dalam sebuah catatan yang diterima CNBC Indonesia hari Rabu (8/5/2019), Moody’s mengatakan bahwa permintaan batu bara di China dan negara-negara Asia masih lemah di tahun ini.
“Peraturan lingkungan yang ketat dan pertumbuhan ekonomi yang lambat di China akan mengurangi permintaan batu bara termal di negara tersebut,” tulis Maisam Hasnain, analis Moody’s dalam catatannya.
Pelaku pasar juga masih waspada karena China masih memberlakukan pengetatan impor untuk melindungi industri batu bara domestik.
Sejak awal tahun 2018, pemerintah China memang sudah membatasi kuota impor batu bara.
Alhasil sepanjang 2018, impor batu bara China hanya sebesar 280,8 juta ton naik tipis dari 271,1 juta ton pada 2017. Jumlah tersebut jauh lebih rendah dibanding impor pada tahun 2013 yang mencapai 327,2 juta ton.
Belum ada tanda-tanda kebijakan tersebut akan dicabut. Artinya, permintaan batu bara impor di China kemungkinan tidak meningkat secara tahunan.
Sumber : CNBC Indonesia
Leave a Reply