Bagi Airlangga Hartarto, Menteri Koordinator
Bidang Perekonomian, efek kenaikan PPN tidak terlalu besar terhadap inflasi. Sebab menurut mantan Ketua Umum Golkar itu, kenaikan PPN tidak berlaku bagi bahan pokok seperti beras, tepung, gula dan Minyakita. Adapun sektor kesehatan, pendidikan, tarif tol dan transaksiQRIS tidak dikenakan kenaikan PPN.
“PPN naik sebesar 1% dari 11% ke 12%. Bukan dari 0% ke 12%. Jadi pengaruhnya ke inflasi ada, tapi tidak terlalu tinggi,” ujar Airlangga. Terkait dampaknya ke daya beli, Airlangga bilang, solusinya masih strategi lawas, berupa promosi lewat belanja online nasional (Harbolnas) hingga epic sale yang kerap digelar peritel.
Sektor ritel kerap jadi perhatian pembuat kebijakan karena bisa menggerakkan ekonomi. “Harbolnas diperkirakan Rp 40 triliun, juga BINA targetnya Rp 25 triliun,” ungkap Airlangga.
Kontribusi ritel lain adalah, menjaga inflasi dan ketersediaan barang. Ritel juga kerap menjadi cermin untuk melihat daya tahan ekonomi Indonesia. Dengan adanya promosi dan diskon, diharapkan bisa meningkatkan transaksi perdagangan terutama saat Liburan.
Solihin, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) bilang, awal Desember pihaknya menggelar diskon epic sale yang melibatkan anggota Aprindo. Harapannya meningkatkan minat belanja 8% per hari sehingga peritel meraup Rp 14,5 triliun. “Kami ingin tutup tahun dengan pertumbuhan sebaik-baiknya,” ujarnya.
Anang Zunaedi, Wakil Ketua Umum Asosiasi Koperasi & Ritel Indonesia (Akrindo) bilang, peritel tidak harus tebar promo menjaring konsumen. Perlu juga fleksibilitas agar peritel bertahan seperti yang dilakukan peritel kecil dan warung madura. “Mereka jual produk eceran,” tutupnya.
Sumber : Tabloid Kontan
Leave a Reply