Tertohok Kenaikan PPN, Simpanan Bank Mengempis

JAKARTA. Tantangan perbankan dalam menghimpun simpanan masyarakat alias dana pihak ketiga (DPK) tahun depan berat. Tantangan persaingan perebutan dana diprediksi masih akan berlanjut, baik persaingan antarbank maupun antara bank dengan produk investasi non bank.

Jalan semakin terjal saat pemerintah menaikkan pajak pertambahan nilai (PPN) dari 11% menjadi 12%. Kenaikan itu menyebabkan nilai konsumsi masyarakat meningkat sehingga berpotensi  mengurangi simpanan di bank.

Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Purbaya Yudhi Sadewa menyebut, kenaikan PPN akan membuat laju pertumbuhan DPK bank ke depan tersendat. “Sebelum ada PPN 12%, pertumbuhan DPK juga sudah melambat,” ujarnya baru-baru ini.

DPK perbankan mengalami tren perlambatan pertumbuhan sejak memasuki semester II, setelah sempat meningkat dari awal tahun. Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat: DPK hanya tumbuh 6,74% secara tahunan per Oktober 2024. Adapun Juni  tumbuh 8,45%. Selisih laju DPK dengan kredit lebar. Per Oktober, kredit bank tumbuh 10,92%.

LPS memproyeksi DPK tahun depan akan tumbuh sekitar 6%-7% . Namun, Purbaya menyebut realisasinya akan adaptif tergantung dinamika ekonomi ke depan.
Potensi perlambatan tampaknya cukup besar. Pasalnya, kemampuan konsumen mengalokasikan pendapatannya untuk ditabung menurun jika merujuk hasil riset terbaru LPS.

Indeks Menabung Konsumen (IMK) pada bulan November 2024 turun dari bulan sebelumnya ke level 77,0. Indeks Waktu Menabung (IWM) juga turun 1,9 poin dari Oktober ke level 81,5.

Sejumlah bank kompak memprediksi kenaikan PPN akan menekan penghimpunan DPK. “Alokasi untuk konsumsi masyarakat akan menjadi relatif lebih besar, dan alokasi dana yang biasa disimpan di tabungan akan berkurang,” kata Yuddy Renaldi, Direktur Utama Bank BJB.

Untuk mengantisipasi kebutuhan likuiditas di tengah tantangan penghimpunan DPK tahun depan, Bank BJB akan mencari alternatif pendanaan lain. BJB juga konservatif melakukan ekspansi dimana kredit hanya ditargetkan naik 7%-8%.

Senada, Presiden Direktur Bank CIMB Niaga Lani Darmawan menyebut bahwa kenaikan PPN akan mendorong kenaikan harga yang harus dibayar masyarakat sehingga ada kekhawatiran berpengaruh terhadap tabungan di bank. CIMB Niaga hanya menargetkan DPK tumbuh 7%-8% tahun depan, sama dengan target tahun ini. 

PT Bank Central Asia Tbk (BCA) sebagai bank dengan rasio dana murah terbesar di Tanah Air juga hanya menargetkan DPK tumbuh 5%-7% tahun 2025.  Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja mengatakan, kenaikan PPN bisa mengurangi daya beli dan akan membuat kredit cenderung tumbuh lambat. Ia memperkirakan tren bunga simpanan tahun depan akan cenderung naik seiring yield SBN.

Ekonom BCA David Sumual menyebut, DPK melambat juga dipengaruhi harga komoditas yang kecenderungan melambat. Ia melihat kenaikan baru terjadi belakangan untuk sebagian komoditas.

Kata David, DPK sulit tumbuh dua digit lagi karena belanja pemerintah dan kredit tetap tinggi. Ditambah, dana masyarakat banyak terserap ke berbagai instrumen non bank, termasuk SRBI. “Spending SRBI hampir Rp 1.000 triliun.” tandas David.

Sumber : Harian Kontan Selasa 24 Desember 2024 hal 1


Posted

in

by

Tags:

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only