JAKARTA. Tingkat inflasi di pengujung tahun 2024 diperkirakan berada di bawah target pemerintah maupun Bank Indonesia (BI). Meski terdorong aktivitas dan mobilitas masyarakat di periode Natal dan Tahun Baru (Nataru), inflasi pada Desember 2024 dianggap masih terkendali.
Sejumlah ekonom memproyeksikan, tingkat inflasi tahunan (year-on-year/yoy) pada akhir 2024 bergerak di rentang 1,50%-1,73%. Estimasi itu lebih tinggi dibanding inflasi November 2024 di level 1,55% yoy (lihat tabel).
Kepala Ekonom BCA David Sumual memprediksi tingkat inflasi pada Desember 2024 di level 1,60% yoy. Angka ini diperkirakan sesuai target Bank Indonesia (BI) yaitu pada kisaran 2,5% plus minus 1%. Sementara target inflasi dalam anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) 2024 sebesar 2,8% yoy.
Dia menyebutkan, inflasi pada Desember masih tetap terkendali meski pada akhir tahun biasanya terjadi kenaikan yang didorong faktor musiman seperti peningkatan belanja masyarakat. “Belanja akhir tahun sering kali mendorong kenaikan harga bahan pangan dan inflasi inti,” tutur David, Minggu (29/12).
Secara bulanan, Bank Permata memperkirakan inflasi pada Desember 2024 akan meningkat menjadi 0,54% month-on-month (mom) dari 0,30% pada November 2024.
Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede menjelaskan kenaikan ini terutama dipicu peningkatan permintaan selama liburan Nataru. Adapun inflasi kelompok harga bergejolak diproyeksikan naik signifikan menjadi 2,54% mom dari 1,07% mom pada November 2024. “Terutama dipengaruhi kenaikan harga berbagai harga komoditas pangan, termasuk cabai merah, cabai rawit, bawang merah dan telur ayam,” ujar dia, kemarin. Seiring meningkatnya inflasi bulanan, Josua memprediksi tingkat inflasi tahunan berada di kisaran 1,67% yoy pada Desember 2024.
Ekonom Bank Danamon Hosianna Evalita Situmorang menilai, tren inflasi di paruh kedua 2024 cenderung rendah, disebabkan efek high base dari kenaikan harga bahan pangan sejak 2023 hingga awal 2024. “Sejalan momen libur Nataru, kami memperkirakan inflasi Indonesia sepanjang Desember 2024 berada di 0,33% mom dan 1,73% yoy,” kata diaa, kemarin.
Chief Economist Bank Syariah Indonesia, Banjaran Surya Indrastomo, juga menyebut kenaikan permintaan selama libur akhir tahun, termasuk Nataru, menjadi faktor utama pendorong inflasi pada bulan tersebut. Namun, inflasi kelompok administered prices diperkirakan mengalami deflasi. Hal ini sejalan penurunan tarif angkutan udara berlaku selama periode Nataru.
Pada tahun depan, sejumlah ekonom kompak memprediksi inflasi berpotensi menanjak dibandingkan 2024.
Staf Bidang Ekonomi, Industri dan Global Markets dari Bank Maybank, Myrdal Gunarto meramal, inflasi Indonesia pada 2025 bisa menembus 2,53% yoy, jauh di atas estimasi inflasi di akhir 2024 di level 1,62% yoy
Dia bilang, prediksi inflasi 2,53% dipengaruhi sejumlah faktor, termasuk kenaikan tarif PPN menjadi 12%, peningkatan upah minimum provinsi (UMP) sebesar 6,5%, serta potensi gangguan iklim yang dapat memengaruhi pasokan pangan.
David Sumual juga memprediksi inflasi berpotensi kembali meningkat menuju 2,5%. Namun dia melihat, faktor daya beli masyarakat yang lemah diperkirakan dapat menjadi penghambat kenaikan inflasi yang signifikan.
Untuk itu, David menyoroti pentingnya langkah pemerintah menjaga stabilitas inflasi. Ia menyarankan agar pemerintah memastikan kelancaran distribusi barang. “Serta identifikasi mana daerah-daerah yang surplus dan defisit untuk melakukan mitigasi dampak,” kata dia.
Sumber : Harian Kontan Selasa 31 Desember 2024 hal 2
Leave a Reply