JAKARTA, Rencana pemerintah untuk mengenakan tarif pajak pertambahan nilai (PPN) sebesar 12 persen terhadap barang mewah diyakini bakal berdampak terhadap menurunnya penjualan barang mewah.
Meskipun sejumlah pihak menilai, masyarakat kelas menengah ke atas memiliki daya beli yang lebih baik, temuan data dari Tim Ekonom PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) menunjukan, penurunan penjualan barang mewah sudah terjadi.
Kepala Ekonom BCA David Sumual mengatakan, masyarakat di Jakarta saat ini mulai mencari opsi belanja yang lebih murah, seiring dengan pertumbuhan pendapatan yang terbatas.
Hal itu sebagaimana ditunjukan oleh data transaksi BCA yang menunjukan, jumlah transaksi di mall kelas atas atau tier 1, seperti Plaza Indonesia dan Pacific Place, yang cenderung menurun.
“Jadi yang barang-barang luxury kalau kita lihat di Plaza Indonesia atau Pacific Place, ini banyak barang-barang branded, kita lihat penjualannya menurun,” ujar David kepada awak media, ditulis pada Rabu (11/12/2024).
Lebih lanjut David bilang, pihaknya pun sudah mengonfirmasi temuan data tersebut kepada merchant-merchant yang menjual barang mewah.
Menurutnya, penurunan penjualan itu tidak terlepas dari kekhawatiran masyarakat terhadap rencana pemerintah yang akan mengerek tarif PPN dari 11 persen menjadi 12 persen mulai tahun 2025.
“Ini mungkin kekhawatiran sempat disuarakan waktu itu, PPN katanya hanya naik untuk barang luxury,” katanya.
Sementara itu, data BCA menunjukan, transaksi yang dilakukan di mall kelas menengah ke atas atau tier 2, seperti Pondok Indah Mall (PIM) dan Neo Soho menunjukan adanya peningkatan.
Sumber : kompas.com
Leave a Reply