Bank sentral Filipina Bangko Sentral ng Pilipinas (BSP) memproyeksi inflasi tahunan pada Oktober 2022 tembus 7,1 persen hingga 7,9 persen.
Proyeksi ini lebih tinggi dibandingkan dengan realisasi inflasi Filipina pada September, yakni 6,9 persen. Angka ini pun merupakan yang tertinggi sejak empat tahun terakhir.
Proyeksi inflasi Oktober yang lebih tinggi juga didasarkan pada kenaikan tarif transportasi, harga BBM, dan makanan. Selain itu, mata uang peso Filipina pun masih berada pada titik lemah.
“Inflasi diproyeksikan melambat secara bertahap di bulan-bulan berikutnya karena tekanan biaya terhadap inflasi akibat gangguan cuaca dan penyesuaian tarif transportasi,” ungkap BSP seperti dikutip dari CNA, Senin (31/10).
Melonjaknya inflasi di Filipina memberikan sinyal kepada bank sentral untuk menaikkan suku bunga acuan. Pasalnya, inflasi pada Januari-September 2022 rata-rata berada di level 5,1 persen, jauh di luar target 2-4 persen untuk tahun ini.
Sebelumnya, Dana Moneter Internasional (IMF) memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Asia menyusul perlambatan tajam di China serta perang Rusia-Ukraina yang tak kunjung usai.
IMF memangkas perkiraan pertumbuhan Asia menjadi 4 persen untuk tahun ini dan 4,3 persen pada 2023. Masing-masing turun 0,9 persen poin dan 0,8 persen poin dari proyeksi April lalu.
“Rebound (kebangkitan) ekonomi Asia yang kuat awal tahun ini kehilangan momentum, dengan kuartal kedua yang lebih lemah dari perkiraan,” tutur Direktur Departemen Asia dan Pasifik IMF Krishna Srinivasan, dikutip dari Reuters.
Menurutnya, pengetatan moneter lebih lanjut diperlukan untuk memastikan bahwa inflasi kembali ke target dan ekspektasi inflasi tetap berada di level semestinya.
Di antara hambatan terbesar Asia adalah perlambatan ekonomi China yang dipersoalkan karena kebijakan zero covid-19. Pengetatan mobilitas membuat kesengsaraan ekonomi. Bahkan, IMF mengatakan sektor properti negara tersebut makin memburuk.
“Dengan semakin banyaknya pengembang properti yang gagal membayar utang mereka selama setahun terakhir, akses sektor ini ke pembiayaan pasar menjadi semakin menantang,” ungkap laporan IMF.
Sumber : cnnindonesia
Leave a Reply