Data Bea Cukai China: ekspor Februari menurun 20,7% dibandingkan tahun sebelumnya
BEIJING. Ekspor China anjlok terbesar dalam tiga tahun terakhir pada Februari 2019, sementara impor turun tiga bulan berturut-turut. Data perdagangan teranyar ini menunjukkan perlambatan lebih lanjut dalam perekonomian China meskipun sudah diguyur serangkaian stimulus.
Investor global dan mitra dagang utama China mengawasi dengan seksama data ekonomi China untuk melihat perlambatan lebih lanjut. Tahun lalu ekonomi China mencapai pertumbuhan terendah dalam hampir 30 tahun.
Data Bea Cukai China menunjukkan, ekspor Februari turun 20,7% dari tahun sebelumnya. Penurunan ini merupakan penurunan terdalam sejak Februari 2016.
Dampak Imlek
Ekonom yang disurvei oleh Reuters memperkirakan penurunan 4,8% setelah kenaikan Januari 9,1%. Impor turun 5,2% dari tahun sebelumnya, lebih buruk dari perkiraan analis yang meramalkan penurunan hanya 1,4%. Penurunan impor ini melebar dari penurunan 1,5% pada Januari.
Nilai surplus perdagangan China bahkan menyempit menjadi US$ 4,12 miliar di bulan kemarin. Surplus ini jauh lebih kecil dari pada perkiraan US$ 26,38 miliar.
Analis memperingatkan, data dari China dalam dua bulan pertama tahun ini harus dibaca dengan hati-hati karena gangguan bisnis akibat liburan panjang Tahun Baru Imlek. Tapi banyak pengamat China telah memperkirakan pelemahan di awal tahun karena survei pabrik menunjukkan berkurangnya pesanan domestik dan ekspordi tengah berlanjutnya perang dagang China-AS.
Presiden Donald Trump mengatakan, pembicaraan perdagangan dengan China berjalan dengan baik dan memperkirakan good deal atau no deal antara dua ekonomi terbesar dunia.
Trump menunda kenaikan tajam tarif AS yang dijadwalkan awal Maret karena perundingan berlangsung. Pada saat sama, permintaan global telah melemah, terutama di Eropa.
Sebelum ketegangan perdagangan meningkat tajam tahun lalu,ekonomi China sudah melambat. Perlambatan ini sebagian disebabkan oleh pengetatan terhadap pinjaman berisiko yang menyebabkan usaha kecil dan perusahaan swasta tertekan.
Pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi 6% hingga 6,5% pda 2019. Perdana Menteri Li Keqiang mengatakan, target ini lebih rendah dari pada yang ditetapkan di 2018.
Perang dagang dengan AS serta permintaan domestik yang menurun jadi alasan China menggunting target tahun ini. Tiongkok akan menggunting pajak dan biaya bagi korporasi hingga senilai hampir CNY 2 triliun. Tahun lalu, nilai pemangkasan pajak dan biaya korporasi di China sekitar CNY 1,3 triliun.
Negara dengan jumlah penduduk terbanyak dunia ini akan memangkas pajak pertambahan nilai (PPN) untuk menopang sektor manufaktur, transportasi dan konstruksi. PPN sektor manufaktur akan turun 16% menjadi 13%. PPN transportasi dan konstruksi turun menjadi 9%.
Sumber : Harian Kontan
Leave a Reply